Di balik sejuknya udara dan indahnya panorama Gunung Merbabu, tersimpan sebuah kekayaan hayati yang jarang disorot: Lutung Abu atau Rekrekan (Presbytis fredericae), primata endemik Jawa yang kini berjuang bertahan hidup di tengah perubahan lingkungan. Hewan pemalu ini merupakan satu dari tiga jenis primata yang hidup di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb), bersama monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan lutung budeng (Trachypithecus auratus).
Menurut data Balai TNGMb tahun 2023, populasi lutung abu mengalami kenaikan signifikan. Dari hanya 15 ekor yang terdeteksi pada 2013, jumlahnya melonjak menjadi 36 ekor pada 2023—menunjukkan peningkatan lebih dari 57 persen. Habitat utama rekrekan berada di ketinggian 1.800–2.700 mdpl, terutama di blok Pandean dan Sikendil, yang termasuk dalam zona perlindungan ketat.
Namun, kabar baik itu dibayangi oleh ancaman serius. Di Pulau Jawa, luasan habitat alami lutung abu telah menyusut hingga 96 persen, membuat spesies ini semakin terdesak. Kebakaran hutan yang terjadi beberapa kali dalam satu dekade terakhir—termasuk pada 2015, 2019, dan 2023—memaksa rekrekan harus bermigrasi untuk mencari pakan.
Meski demikian, satwa pemakan daun ini masih dapat bertahan hidup berkat ketersediaan tanaman seperti kemlandingan gunung, kesowo, pasang, dan daun muda lainnya yang mengandung protein tinggi namun rendah tanin—ideal untuk sistem pencernaannya.
Konservasi dan Kolaborasi Ilmiah
Balai TNGMb terus berupaya melestarikan lutung abu melalui berbagai strategi. Mulai dari pengkayaan habitat, pemasangan kamera trap, hingga pembangunan koridor satwa yang ditanami tumbuhan pakan. Koridor ini memungkinkan perpindahan aman antar kawanan kecil guna mencegah inses dan mendukung kelangsungan reproduksi yang sehat.
Tak hanya itu, pihak taman nasional juga menjalin kerja sama dengan lembaga riset dan perguruan tinggi untuk membangun stasiun riset primata dan mendalami pola persebaran lutung abu. Di sisi lain, advokasi ke pemerintah daerah terus dilakukan agar rekrekan masuk dalam kebijakan perlindungan berbasis lokal.
Menjaga Rekrekan, Menjaga Warisan Alam
Keberadaan lutung abu tak sekadar penanda biodiversitas tinggi di Merbabu, melainkan juga simbol kekayaan alam Indonesia yang masih bisa diselamatkan. Dengan komitmen pelestarian jangka panjang dan keterlibatan banyak pihak, harapan untuk menjaga eksistensi Presbytis fredericae tetap menyala di tengah belantara Merbabu.
Gunung Merbabu tak hanya memikat mata, tapi juga menyentuh nurani. Sebab di balik hijaunya hutan, ada kehidupan yang sedang diperjuangkan untuk tetap lestari.