WhatsApp, layanan perpesanan populer milik Meta Platforms, resmi mengumumkan akan mulai menayangkan iklan di dalam aplikasinya. Kebijakan baru ini mulai berlaku pada Senin, 17 Juni 2025, dan menjadi titik balik besar dari komitmen awal aplikasi yang dulu menjunjung tinggi prinsip bebas iklan.
Iklan akan mulai muncul di tab Updates, fitur yang mencakup Status dan kanal, serta digunakan oleh lebih dari 1,5 miliar pengguna setiap harinya. Meski demikian, WhatsApp memastikan bahwa ruang percakapan pribadi dan grup tidak akan tersentuh iklan, dan enkripsi end-to-end tetap dijaga.
Namun, iklan tetap akan ditampilkan secara tertarget, dengan mempertimbangkan data pengguna seperti usia, lokasi, bahasa, serta aktivitas mereka di dalam aplikasi—terutama interaksi dengan kanal dan konten publik lainnya.
Langkah ini merupakan bagian dari tiga strategi monetisasi baru WhatsApp, termasuk:
- Iklan di tab Updates.
- Langganan berbayar untuk kanal yang ingin menyediakan konten eksklusif.
- Promosi kanal berbayar oleh pelaku bisnis agar tampil lebih menonjol dan menjangkau audiens baru.
Langkah agresif ini menandai usaha Meta untuk memaksimalkan potensi pendapatan dari WhatsApp, yang selama ini tertinggal dibandingkan platform Meta lain seperti Facebook dan Instagram.
Meta sendiri mencatat pendapatan global sebesar USD 164,5 miliar pada 2025, dengan sekitar 97 persen atau USD 160,6 miliar berasal dari iklan. Hal ini menegaskan betapa dominannya model bisnis berbasis iklan dalam strategi keuangan perusahaan.
Padahal, saat pertama kali didirikan oleh Jan Koum dan Brian Acton pada 2009, WhatsApp menjanjikan layanan tanpa iklan dan gimmick. Namun, sejak diakuisisi oleh Facebook pada 2014 dan ditinggalkan para pendirinya, arah platform ini pun mengalami perubahan signifikan.
Kini, prinsip “tanpa iklan, tanpa permainan, tanpa trik” tinggal menjadi bagian dari sejarah awal WhatsApp.
