Kalender Hijriah, sistem penanggalan resmi dalam Islam, sudah digunakan sejak masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menariknya, meskipun peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW—yang menjadi dasar penamaan kalender ini—terjadi pada bulan Rabiul Awal, kalender Hijriah justru dimulai dari bulan Muharam. Lantas, mengapa demikian?
Awalnya, penetapan kalender Hijriah muncul sebagai jawaban atas kebutuhan administratif. Dikisahkan, Gubernur Kufah, Abu Musa al-Asy’ari, pernah mengeluhkan surat dari Umar yang tidak mencantumkan tanggal. Ia mengatakan, “Surat-suratmu telah kami terima, tetapi tanpa tanggal, bulan, atau tahun.”
Hal serupa terjadi saat Maimun bin Mahran menyerahkan dokumen bertanggal “bulan Sya’ban” tanpa tahun yang jelas. Umar pun menyadari pentingnya penanggalan yang pasti dan konsisten.
Ide Besar dari Ali bin Abi Thalib
Melalui musyawarah bersama para sahabat, muncul sejumlah usulan tentang patokan awal penanggalan. Ada yang mengusulkan mengacu pada kelahiran Nabi, turunnya wahyu pertama, bahkan wafatnya Rasulullah SAW. Namun, Ali bin Abi Thalib mengusulkan agar penanggalan Islam dimulai dari peristiwa hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah.
Hijrah dianggap sebagai titik balik yang monumental dalam sejarah Islam, saat umat Muslim membentuk komunitas mandiri di Madinah dan dakwah Islam berkembang secara sistematis. Umar pun menyetujui usulan itu dan menetapkan tahun hijrah sebagai awal kalender Islam.
Kenapa Bukan Rabiul Awal?
Setelah sepakat menjadikan hijrah sebagai momen awal tahun Islam, muncul pertanyaan baru: bulan apa yang seharusnya menjadi bulan pertama?
Beberapa sahabat mengajukan Ramadhan karena kemuliaannya, namun Umar memilih Muharam. Alasannya, Muharam berada tepat setelah bulan Dzulhijjah, saat umat Islam baru saja menunaikan ibadah haji, yang merupakan puncak spiritual umat Muslim.
Bagi Umar, bulan Muharam mencerminkan awal baru—saat umat kembali dari Tanah Suci dalam keadaan suci dari dosa, siap menyambut tahun baru dengan hati yang bersih dan niat yang diperbarui.
Makna Spiritual 1 Muharam
Pemilihan Muharam sebagai bulan pertama dalam kalender Islam bukan semata berdasarkan urutan sejarah, tetapi lebih pada simbol spiritual. Momentum Tahun Baru Islam yang jatuh setiap 1 Muharam menjadi ajang bagi umat Muslim untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri), memperbarui niat, dan meneguhkan semangat hijrah menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah SWT.
Kalender Hijriah yang dimulai sejak masa Umar hingga kini terus digunakan di berbagai belahan dunia Muslim, tidak hanya sebagai sistem penanggalan ibadah seperti Ramadhan dan Haji, tetapi juga sebagai pengingat akan sejarah perjuangan dan transformasi spiritual umat Islam.