Kilnas.com – Di sebuah ruangan utama hotel di Kota Semarang, Kamis (25/9/2025) sore, Marifah Hasanah alias Ummu Iffah (50) duduk di kursi meja bundar bersama beberapa perempuan lintas agama dan kepercayaan. Meski wajahnya tertutup cadar, sorot matanya tampak benderang — sorot yang sama seperti yang saya lihat beberapa tahun lalu saat ia masih ditahan di Lapas Perempuan Bandung atas kasus terorisme.
Hari itu, Ummu Iffah bersama para perempuan lainnya menunggu kedatangan Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti. Begitu Agustin — sapaan akrab sang wali kota — tiba, Ummu Iffah terlihat sumringah, bahkan ikut berdiri di depan pintu menyambut orang nomor satu di Kota Semarang tersebut.
Mereka hadir untuk mengikuti pelantikan Forum Perempuan Lintas Agama (Forpela) Kota Semarang periode 2025–2030. Forum ini bertujuan memberikan ruang bagi perempuan di Kota Semarang untuk berkontribusi menjaga perdamaian dan kondusivitas wilayah.
Pelantikan berlangsung sederhana. Usai pembacaan surat pengukuhan, mereka berfoto bersama. Awalnya, Ummu Iffah sempat ragu untuk berfoto dengan wali kota.
“Minta tolong dibilangin, Mas, ada dari mantan (pelaku teror) ingin foto, kalau bisa selfie, mau nggak ya?” ujar Ummu Iffah kepada penulis.
Permintaan itu disambut hangat oleh Agustin. Ia dengan ramah melayani permintaan foto, bahkan mendengarkan kisah singkat Ummu Iffah yang kini bertekad berkontribusi menjaga perdamaian di Kota Semarang.
“Oh iya, terima kasih. Semangat, semangat, semangat. Tetap semangat ya, maturnuwun,” ucap Agustin sambil merangkulnya.
Harapan Wali Kota Semarang
Dalam wawancara usai kegiatan, Agustin menyampaikan harapan besar kepada Forpela Kota Semarang agar perempuan dapat mengambil peran penting dalam membangun wilayah yang damai.
“Ibu-ibu keren ini saya harapkan menjadi tambahan energi untuk mendinamisasi dan membuat Semarang ini semakin damai,” ujarnya.
Terkait salah satu pengurus yang merupakan mantan pelaku terorisme, Agustin menegaskan pentingnya inklusivitas.
“Setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan secara inklusif. Ibu-ibu hebat ini, saya kira, akan mampu menjaga komitmen agar tidak kembali ke masa lalu. Kedamaian adalah hal yang penting dan harus menjadi tujuan bersama,” tegas politisi PDI Perjuangan tersebut.
Tergelincir Karena Medsos
Selepas acara, sambil merapikan dagangan baju-baju yang ia jual, Ummu Iffah bercerita tentang masa lalunya. Ia mengaku tergelincir ke kelompok ISIS karena terpengaruh propaganda di media sosial.
Konten-konten radikal itu menumbuhkan kebencian mendalam, hingga ia menyumbang dana untuk penyerangan Mako Brimob (2018) dan penyerangan terhadap Menkopolhukam Wiranto (2019).