Kemah Literasi Kendal, Merawat Budaya Baca dengan Sentuhan Sejarah dan Seni

Kendal (Kilnas.com) – Literasi bukan hanya soal membaca buku, melainkan juga menciptakan ruang interaksi yang hidup dan inspiratif. Hal inilah yang coba diwujudkan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah (Dinarpus) Kabupaten Kendal lewat Kemah Literasi, yang digelar selama dua hari di halaman parkir Gedung Perpustakaan Daerah Kendal.

Sedikitnya 100 peserta dari berbagai komunitas dan profesi ambil bagian dalam kegiatan ini. Tujuannya, membangun jejaring literasi di tengah masyarakat sekaligus menanamkan kebiasaan membaca sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Kepala Dinarpus Kendal, Wahyu Yusuf Akhmadi, menekankan bahwa Kemah Literasi adalah wujud nyata komitmen pemerintah daerah.
“Kami ingin literasi benar-benar menjadi budaya masyarakat Kendal. Membaca adalah pondasi penting untuk mencetak SDM yang unggul,” ujarnya.

Menggali Sejarah Lokal

Puncak acara diisi dengan sarasehan bertema “Jejak Diplomasi Tumenggung Bahurekso”. Dalam diskusi ini, Komunitas Kendal Tempo Doeloe dan Kendal Heritage mengulas perjuangan Tumenggung Bahurekso, tokoh bersejarah yang memimpin perlawanan terhadap VOC Belanda.

Samsul Ma’arif dari Komunitas Kendal Tempo Doeloe menilai kegiatan ini sebagai ruang penting bagi generasi muda.
“Dengan memahami sejarah, kita bisa mencintai daerah sekaligus belajar dari perjuangan para pendahulu,” katanya.

Galih dari Kendal Heritage menambahkan, Kemah Literasi menjadi momentum menghubungkan masyarakat dengan buku sekaligus sejarah lokal. “Ini cara menguatkan karakter anak muda Kendal,” tegasnya.

Dikemas dengan Seni dan Kreativitas

Agar suasana tidak monoton, panitia juga menyajikan beragam pertunjukan seni. Mulai dari musik, teater, monolog, pembacaan puisi, hingga tarian turut memeriahkan kegiatan. Penampilan ini membuat suasana lebih segar sekaligus menunjukkan bahwa literasi bisa dikemas secara kreatif dan menyenangkan.

Melalui Kemah Literasi, Kendal membuktikan bahwa membangun budaya baca tak harus dengan cara formal. Perpaduan antara literasi, sejarah, dan seni mampu merangkul banyak kalangan serta menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas lokal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini