Ponpes Al-Irsyad Tengaran Gelar Pertemuan Wali Santri Baru, Perkenalkan Program Unggulan dan Visi Global

SALATIGA (Kilnas.com) – Pondok Pesantren Al-Irsyad Tengaran, yang berlokasi di Desa Butuh, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, menyelenggarakan Pertemuan Wali Santri Baru (PWSB) tahun ajaran 2025/2026 pada Minggu, 13 Juli 2025. Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus pengenalan program pendidikan kepada para wali dari 582 santri baru yang akan menempuh studi di pondok tersebut.

Dalam keterangannya kepada rasikafm.com, Pimpinan Pesantren Ujang Pramudhiarto, M.Pd.I, menjelaskan bahwa PWSB merupakan agenda rutin setiap tahun ajaran baru. “Kegiatan ini tidak hanya menjadi momen pertemuan antara pengasuh dan wali, tetapi juga sarana untuk menyampaikan langsung visi, misi, serta gambaran kehidupan di pesantren,” terangnya.

Ujang menambahkan bahwa saat ini para alumni Al-Irsyad Tengaran telah menempuh studi dan bekerja di 16 negara. Ia berharap ke depan akan semakin banyak santri lulusan pesantren ini yang memiliki daya saing internasional. “Salah satu keunggulan kami terletak pada penguatan Bahasa Arab dan dasar-dasar ilmu syariah yang diajarkan sejak dini,” tambahnya.

Ia juga menyoroti fenomena asal daerah santri yang cukup menarik, di mana kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) mendominasi jumlah pendaftar. “Lebih dari 20 persen santri berasal dari wilayah Jabodetabek, tren ini sudah terjadi sejak pondok berdiri tahun 1988,” ungkapnya.

Plt. Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Semarang, M. Taufiqur Rahman, S.Ag., M.Si., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas konsistensi Al-Irsyad dalam mendidik generasi muda secara komprehensif. Ia meyakini bahwa para santri akan mampu menerapkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, seperti bangun pagi, beribadah, belajar, hingga tidur tepat waktu. “Semuanya diajarkan secara disiplin dan terukur di sini,” katanya.

Muhammad Arifin Bodri, wali santri asal Bringin, juga menyampaikan rasa percaya dirinya menitipkan pendidikan anaknya di Al-Irsyad. Ia menilai pendidikan berbasis pesantren dapat menjadi pondasi penting untuk mencetak generasi penerus yang berakhlak dan visioner. “Saya yakin dengan sistem pendidikan di sini. Anak saya yang pertama juga lulusan Al-Irsyad dan sangat saya rasakan manfaatnya,” tutur Arifin.

Sejak tahun 1994, ijazah Al-Irsyad telah diakui oleh Universitas Islam Madinah di Arab Saudi, menandakan kualitas pendidikan pesantren ini setara dengan lembaga pendidikan tinggi ternama. Selain itu, seluruh unit pendidikan formal di bawah Al-Irsyad—mulai dari SDITQ, MTs, hingga MA—telah mengantongi akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).

Santri di Al-Irsyad menerima dua jenis ijazah, yaitu dari lembaga pendidikan formal pemerintah serta dari pesantren. Ini mencerminkan integrasi antara pendidikan akademik nasional dengan penguatan nilai-nilai keislaman yang menjadi ciri khas pesantren tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini