SEMARANG (kilnas.com) – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang mengimbau Pemerintah Kota Semarang untuk serius membantu masyarakat yang terdampak banjir, sebab juga berdampak bencana lainnya seperti tanah longsor, pohon tumbang di beberapa titik atau wilayah di Kota Semarang sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat. Apalagi ketinggian air banjir dirasa cukup tinggi dan tersebar merata hingga enam kecamatan dan 40 kelurahan setelah diguyur hujan dengan intensitas tinggi sejak Rabu (13/3) sore hingga Kamis (14/3).
Hal itu disampaikan Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Gumilang Febriansyah, Jumat (15/3/2024). Menurutnya, dampak banjir yang tiap tahun terjadi di kota Semarang karena juga dipengaruhi oleh faktor cuaca ekstrem, sehingga saluran air tidak mampu menampung intensitas curah hujan yang tinggi. Dampaknya terjadi banjir dimana-dimana dan merata dengan banjir. “Sehingga perlu sekali memberikan bantuan ke warga terdampak oleh Pemkot seperti dengan membuat dapur umum dari mulai hari pertama banjir sampai beberapa hari kedepan.
Guna memastikan kebutuhan logistik ke warga. Selain itu, kami terus dorong juga untuk meminta bantuan kepada pemerintah pusat, terkait penanganan sungai besar yang dangkal agar melakukan pengerukan secara rutin sungai BKT dan BKB karena memang sungai tersebut menjadi kewenangan pemerintah pusat yaitu Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali -Juana,”ujarnya.
Pihaknya juga mendorong agar Pemkot Semarang berkoordinasi dengan pemerintah pusat dalam upaya mempercepat penanganan dampak banjir. “Pemkot harus pro aktif, karena tidak bisa selalu menunggu dari pemerintah pusat, apalagi dengan kondisi sungai yang sudah terlihat cepat dangkal saat musim kemarau, kami juga mendorong pihak BBWS untuk menangani pendangkalan sungai untuk segera dikeruk,”katanya.
Di sisi lain, Pemkot juga didorong agar melakukan upaya penanganan dampak banjir mulai dari pengerukan sedimen saluran dan sungai kecil yang sudah dangkal. Khusus kali kecil, maupun selokan agar mampu menampung untuk kurangi dampak banjir saat hujan deras agar cepat surut, namun karena faktor cuaca yang ekstrem juga masih membuat banjir misalnya di kawasan Simpanglima, saat banjir hingga ketinggian air capai selutut orang dewasa juga karena memiliki daya tampung airnya yang kecil. Untuk itu harus ditangani karena adanya penganggaran untuk penanganan banjir yang cukup besar di DPU,”tambahnya.
Pihaknya, pun prihatin atas warga terdampak banjir, sehingga membuat tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti biasanya. Apalagi akses warga jalan perkampungan dan operasional pelayanan transportasi menjadi terganggu. “Karena ketinggian air banjir di beberapa wilayah yang cukup dalam seperti di Kelurahan Muktiharjo Kulon, Kecamatan Pedurungan, hingga mencapai satu meter, lalu membuat jalur Pantura Kaligawe menjadi lumpuh, serta daerah terdampak lainnya airnya juga belum surut,”pungkasnya.
Sebelumnya, BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani juga kembali mengeluarkan adanya potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Jawa Tengah yang berlangsung pada 15-17 Maret 2024.
“Ini akibat di wilayah Jawa Tengah terpantau aktifnya gelombang Equatorial Rossby, gangguan atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO), dan bibit Siklon Tropis 91S di Samudera Hindia dan Bibit Siklon Tropis 94S di Teluk Carpentaria sekitar Utara Australia. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya intensitas curah hujan dan angin kencang di wilayah Jawa Tengah,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Yoga Sambodo, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (15/3/2024).
Sehingga berdasarkan pantauan hasil, beberapa wilayah Jawa Tengah yang perlu diwaspadai memiliki potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang pada periode 15 hingga 17 Maret 2024.
“Yaitu wilayah Pegunungan Tengah (Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Kab./kota Magelang, Boyolali, Kabupaten Semarang, Salatiga, Temanggung), Pantura (Brebes, Kota/Kabupaten Tegal, Pemalang, Kota/Kabupaten Pekalongan. Lalu, Batang, Kendal, Kota Semarang, Demak, Jepara, Pati, Rembang), dan Jawa Tengah Bagian Timur (Grobogan, Sragen, Blora, Kudus), Jawa Tengah Bagian Selatan (Kebumen, Purworejo), Solo Raya (Klaten, Surakarta, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri), dan sekitarnya,” jelasnya. (red)