Belakangan, istilah parenting ala Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) kerap muncul di media sosial. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan pola asuh yang tegas dan cenderung otoriter, terinspirasi dari gaya kepemimpinan VOC yang terkenal keras.
Pola asuh ini mirip dengan parenting otoriter, di mana orang tua menetapkan aturan ketat dan disiplin tinggi tanpa banyak ruang untuk negosiasi. Harapannya, anak bisa tumbuh dengan perilaku yang sopan, beradab, serta memiliki prestasi akademik yang baik. Namun, aturan biasanya diberikan tanpa penjelasan, dan pelanggaran sering diikuti dengan hukuman. Sebaliknya, pencapaian anak jarang diberi pujian karena dikhawatirkan membuat mereka terlena.
Bagi sebagian orang, parenting VOC dianggap solusi untuk mengatasi perilaku anak yang kurang sopan atau agresif. Namun, tidak sedikit yang menentangnya karena dinilai dapat memengaruhi kesehatan mental anak di masa depan.
Kelebihan Parenting VOC
Mengutip situs kesehatan mental Zivanza, gaya asuh ini dinilai memiliki beberapa manfaat:
- Membentuk anak yang lebih empati, ramah, dan sopan
- Meningkatkan rasa tanggung jawab dan disiplin
- Melatih ketahanan menghadapi tekanan
- Membuat anak lebih dewasa dan mudah bergaul
- Menumbuhkan rasa hormat pada orang tua dan aturan
- Menumbuhkan rasa tenang karena kebutuhan dijamin orang tua
Risiko dan Dampak Negatif
Meski memberi manfaat, parenting VOC juga menyimpan sejumlah risiko, antara lain:
- Anak tumbuh pemalu dan penuh rasa takut
- Mengaitkan kasih sayang dengan kepatuhan dan prestasi
- Rentan depresi dan kecemasan
- Mudah bereaksi berlebihan terhadap hal-hal kecil
- Rasa percaya diri rendah
- Sulit mengambil keputusan karena terbiasa diarahkan
- Potensi melarikan diri ke kebiasaan buruk seperti merokok, alkohol, atau narkoba
Kesimpulan
Parenting ala VOC dapat membentuk anak yang patuh, disiplin, dan sopan. Namun, penggunaan berlebihan, terutama jika disertai hukuman atau bentakan, berisiko mengganggu kesehatan mental anak. Penerapan sesekali, terutama untuk menegakkan disiplin, masih dinilai efektif. Kuncinya adalah keseimbangan antara ketegasan dan kasih sayang, agar anak tumbuh disiplin tanpa kehilangan rasa aman secara emosional.








































