Nintendo Umumkan Konsol Terbaru Switch 2, Fans Keluhkan Harga yang Terlalu Mahal

Nintendo akhirnya mengungkap konsol terbarunya, Switch 2, sebagai penerus dari Switch generasi pertama yang sukses besar. Namun alih-alih disambut dengan antusiasme luas, peluncuran ini justru memicu gelombang kritik dari para penggemar akibat banderol harga yang dinilai terlalu tinggi.

Konsol ini akan dijual dengan harga $449,99 di Amerika Serikat (sekitar Rp7,6 juta), £395,99 di Inggris (Rp8,6 juta), dan €469,99 di Prancis (Rp8,4 juta). Di Jepang, Nintendo menawarkan dua versi: varian lokal seharga ¥49.980 (Rp5,3 juta) dan versi multibahasa seharga ¥69.980 (Rp7,4 juta).

Reaksi pasar pun tak terhindarkan. Saham Nintendo langsung turun 3,3 persen, dipicu kekhawatiran atas tarif dagang tinggi yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Tarif tersebut mencapai 46% untuk produk asal Vietnam dan 49% dari Kamboja, yang kini menjadi lokasi utama produksi perangkat Nintendo.

Fitur Canggih, Harga Ikut Naik

Switch 2 datang dengan berbagai peningkatan teknis: memori internal 256 GB, layar berukuran 7,9 inci, serta fitur baru seperti tombol “C” untuk GameChat dan GameShare untuk bermain bersama secara temporer. Kontroler Joy-Con juga mendapat penyegaran, kini dilengkapi teknologi magnetik yang memungkinkan penggunaannya mirip mouse pada PC.

Sayangnya, harga gim untuk Switch 2 juga ikut melambung. Di pasar Eropa dan Amerika, harga per gim diperkirakan berada di kisaran €80 hingga €90, atau sekitar Rp1,3 juta sampai Rp1,6 juta—angka yang membuat sebagian besar gamer berpikir dua kali sebelum membeli.

Harapan Harga Turun? Jangan Dulu

Menurut firma analis Niko Partners, harga Switch 2 diprediksi akan tetap tinggi setidaknya hingga lima tahun ke depan. Selain biaya komponen yang meningkat, ketidakpastian kebijakan dagang juga membuat Nintendo kemungkinan besar akan mempertahankan harga premium dalam waktu lama.

Respon Publik Terbelah

Sebagian gamer, seperti mahasiswa asal Tokyo, Rio Narita, menyebut fitur baru Switch 2 sebagai “game changer”. Namun tak sedikit pula yang mengeluhkan bahwa harga konsol dan gimnya tidak ramah kantong, terutama untuk kalangan muda dan pelajar.

Meski begitu, Nintendo tetap percaya diri. Berdasarkan proyeksi dari Toyo Securities, perusahaan ini menargetkan penjualan 19 juta unit Switch 2 pada tahun 2025, dan meningkat menjadi 21 juta unit di tahun 2026.

Salah satu strategi perusahaan adalah menimbun stok konsol di pasar AS sebelum tarif baru mulai diberlakukan. Langkah ini dianggap sebagai upaya menjaga margin keuntungan meski harga jual di AS harus lebih tinggi dari pasar lain.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini